Macam - Macam Parameter dalam Sistem Akuaponik
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting
dalam suatu sistem akuaponik. Adanya perubahan pada suhu akan berpengaruh pada
komponen air seperti kadar pH, oksigen terlarut, bahkan tingkah laku ikan.
Apabila suhu air terlalu panas maka oksigen terlarut di dalam air akan
berkurang. Namun, apabila suhu air terlalu rendah maka ikan akan berhenti makan
sehingga mikroorganisme berhenti bereproduksi.
Perubahan suhu air tangki dipengaruhi
oleh curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan
paparan sinar matahari. Tiap jenis ikan memiliki suhu optimal yang
berbeda-beda. Umumnya, suhu yang cocok untuk ikan berkisar antara 21-280C
.
2. Tingkat Keasaman
Tingkat pH dalam sistem akuaponik yang
tidak optimal akan menyebabkan masing-masing komponen utama dalam akuaponik
mengalami stress, mudah terserang penyakit, pertumbuhan serta penguraian yang
tidak optimal. pH ideal untuk ikan antara 6,5-8, sedangkan untuk tanaman antara
4,5-6,5, dan untuk bakteri pengurai antara 6-8. Pengecekan pH dilakukan setiap
3-4 hari sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman tetap optimal. Untuk
menguji kadar pH dapat dilakukan dengan alat pH meter atau dengan pH tester
elektronik. Kedua alat tersebut memerlukan pengkalibrasian secara rutin untuk
menjaga keakuratannya.
3. Oksigen Terlarut
(Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut atau DO diartikan
sebagai jumlah oksigen yang berada di dalam air. Semakin banyak kandungan
pksigen terlarut dalam air tangki, maka akan semakin baik kondisi air tangki.
Kandungan DO dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu maka semakin berkurang
tingkat kelarutan oksigen. Keberadaan DO bermanfaat untuk kehidupan organisme,
seperti proses respirasi atau bernapas.
Satuan DO dinyatakan dengan mg/L. Pada
sistem akuaponik, DO minimum 4 mg/L. Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kandungan DO di dalam tangki yaitu dengan mengatur input aliran
air tangki sehingga menimbulkan pancuran air atau riak air. Selain itu,
aplikasi aerator dengan airstone di dalam tangki juga dapat meningkatkan kandungan
DO.
4. Sumber Air
Sumber air dapat berupa air tanah, air
hujan, atau air PAM. Sumber air memiliki pH 7 (netral). Perlakuan awal untuk
air tangki kolam dapat diberikan cuka (untuk pH yang terlalu basah) atau
bikarbonat (untuk pH yang terlalu asam). Air yang tidak keruh dan tidak pula
terlampau jernih umumnya baik untuk kehidupan ikan. Kemampuan cahaya matahari
untuk tembus sampai ke dasar kolam dipengaruhi oleh kekeruhan air. Warna air
yang hijau cerah biasanya menandakan air kolam telah banyak mengandung
fitoplankton yang menguntungkan untuk ikan.
5. Amonia
Amonia di dalam kolam berasal dari
protein yang terkandung pada pakan ikan dan sisa metabolisme ikan, baik berupa
feses maupun urin. Semakin tinggi pH dan suhu air kolam, semakin tinggi kadar
amonia. Saat suhu dan pH tinggi (terlalu basa), sebagian besar amonia akan
diubah dalam bentuk NH3. Amonia dalam molekul (NH3) lebih beracun daripada yang
berbentuk ion (NH4+). Oleh karena itu, kadar amonia NH3 harus dikurangi agar
tidak membunuh ikan dan tanaman.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk menekan kadar amonia (NH3) di kolam, diantaranya dengan menghentikan
sementara pemberian pakan, menambahkan air baru ke dalam kolam, mengurangi padat
tebar ikan, dan menambahkan aerasi di dalam kolam. Dalam sistem akuaponik yang
sehat, level maksimum amonia yang aman adalah 0,5 ppm.
6. Siklus Nitrogen
Referensi:
Habiburrohman. 2018. Aplikasi
Teknologi Akuaponik Sederhana Pada Budidaya Ikan Air Tawar Untuk Optimalisasi
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea
L.). Skripsi. UIN Raden Intan Lampung.
Jimmycurug. 2018. Pengenalan
Akuaponik (Online). https://jirifarm.com/2018/09/21/pengenalan-akuaponik/#respond
. Diakses pada 29 Juli 2020.
https://8villages.com/full/petani/article/id/5b88f751daf3eedf0574929e
Keren..
BalasHapusmantep bgttt
BalasHapusBermanfaat banget nih infonya
BalasHapusterimakasih infonya kak
BalasHapusluar biasa, makasih informasinya min
BalasHapus